Hari Raya Nyepi, Berikut Pantangan Filosofinya Umat Hindu

Hari ini tanggal 03 Maret 2022, merupakan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Hari raya yang biasa dilaksanakan pada setiap tahun baru Saka in diperingati untuk menyucikan Alam Semesta (Bhuana Agung) dan Alam Manusia (Bhuana Alit). 

Di Bali, biasanya perayaan ini dirayakan menurut petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang biasa jatuh pada bulan maret atau april.

Untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai Hari Raya Nyepi, berikut kami ringkas fakta-fakta mengenai Hari Raya Nyepi.

1.Upacara Melasti

Pada hari raya Nyepi, terdapat upacara yang disebut Upacara Melasti. Biasanya upacara ini dilakukan tiga atau empat hari sebelum hari raya Nyepi. 

Di Bali, Upacara Melasti ini dilaksanakan dengan cara melakukan sembahyang bersama dengan menghadap ke laut, setelah upacara ini selesai, Pratima dan perlengkapannya diusung ke Pura Desa di Balai Agung. Upacara ini dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas, tertib, khidmat, menuju ke samudra ataupun sumber mata air lainnya yang dinilai suci.

2.Melepaskan sifat keserakahan dari umat manusia

Menjadi tujuan utama dalam perayaan Nyepi, yaitu agar dapat menuju kesucian hidup, menguasai diri, dan juga agar dapat melaksanakan dharma sebaik mungkin untuk mencapai keseimbangan dalam dharma, artha, kama, dan moksa.

Pada dasarnya Hari Raya Nyepi ditujukan untuk meredakan panca indra dengan menggunakan kekuatan hati dan jiwa. Diharapkan dapat menumbuhkan kebahagiaan sehingga kualitas hidup semakin meningkat.

3.Tidak boleh melanggar 4 pantangan

Berdasarkan kutipan dari buku karya Ketut Wiana yang berjudul “Yadnya dan Bhakti”, Parisada Hindu Dharma Indonesia mengembangkannya menjadi catur brata penyepian bagi umat Hindu, yaitu Amati Geni, Amati Lelanguan, Amati Lelungan, dan Amati Karya.

Brata Penyepian ini wajib untuk dilakukan umat Hindu. 

Makna dari Amati Geni ini adalah untuk umat hindu agar tidak menyalakan api, termasuk dalam memasak. artinya umat hindu harus melakukan upawasa atau disebut juga puasa.

Amati Karya yang berarti menyepikan indra, dan tidak boleh bekerja.

Amati Lelanguan yang dapat diartikan dengan tidak boleh mencari hiburan termasuk menonton televisi, dan Amati Lelungan yang melarang umat Hindu untuk bepergian.